Kemuliaan Malam Lailatul Qadar, Pantaskah Kita Mendapatkannya?
Sebagai umat islam seyogyanya mengharapkan berkah malam yang mulia, Lailatur Qadar. Sebagaimana yang Rasulullah anjurkan, maka umat islam berlomba - lomba menghiasi 10 malam terakhir dengan berbagai macam ibadah, terutama pada saat malam ganjil. Oleh karena itu, mushala ataupun masjid-masjid penuh oleh orang orang islam yang itikaf supaya mendapat Lailatul Qadar, baik laki-laki maupun perempuan. Walaupun banyak dari mereka ternyata masih tak mengetahui apa dan bagaimana malam Lailatul Qadar.
Akan tetapi , tak semua orang yang i’tikaf akan bisa mendapatkan kemuliaan itu. Tak semua orang yang melakukan ibadah malam pada 10 hari terakhir akan mendapatkan keindahan Lailatul Qadar. Kenapa demikian? karena tak semua umat muslim pantas merasakan malam yang lebih mulia dari seribu bulan itu. Mereka yang diberi kemuliaan Lailatul Qadar ialah orang – orang pilihan, yang memang terangkat derajatnya oleh Allah swt.
bukanlah hal yang mudah untuk bisa mendapatkan kategori menjadi orang-orang pilihan. Setidaknya ada beberapa hal penting yang membuat kita pantas menjadi orang pilihan oleh Ar-Rahim. Marilah kita semua mengintrospeksi diri kita, apakah ada dari kita yang sudah memenuhi kriteria dan ketentuan yang bisa menjadikan kita sebagai calon orang yang terpilih.
Pertama-tama, apakah kita yakin dengan kebersihan diri kita? bersih lahir dan bersih batin? Memang jujur kita mengakui, bahwa kita adalahs seorang manusia yang sering berbuat dosa dan melakukan kesalahan. Yang bisa kita upayakan adalah harus meminimalkan dari berbuat kesalahan yang disengaja. Jika kita sadar melakukan dosa dan kesalahan, maka segeralah beristighfar dan meminta ampun kepada Allah swt. Selain itu, semua tubuh ini harus bersih juga dari suatu yang mengandung unsur haram, dari apapun dimakan dan diminum ataupun pakaian yang dipakai. Penting kiranya bagi kita untuk melakukan taubat nashuha, yaitu taubat yang sebenar-benarnya dengan janji tak akan mengulangi dosa dan kesalahanlagi. Oleh karena itu, bersihkanlah dosa-dosa yang telah dilakukan dengan mendirikan sholat taubat, lalu berdo’a meminta ampunan dan beristighfar.
Kedua, ikhlas dalam menerima kejadian yang Allah tentukan. Kita mesti ikhlas dengan apapun keadaan yang dialami, meskipun ada yang mengalami rasa sakit di hati. Karena tak ada sesuatupun yang terjadi tanpa izin Allah swt. Apabila kita tidak ikhlas dalam menerima, maka kita menentang taqdir Allah. Kita tidaklah memiliki kekuasaan, tetapi Allah swt yang Maha Berkehendak. Kita mesti menerima Qadha dan QadarNya. Oleh karena itu berhenti mengeluh atas segala kesulitan, walaupun itu pahit.
Ketiga, hal-hal yang bersifat keduniaan tidak diutamakan. Jika kita masih meributkan soal harta, kedudukan dan jabatan, maka kita masih menjadikan kepentingan dunia di atas kepentingan akhirat. Padahal kita mengerti hidup di dunia hanya sebentar saja. Semua apa yang kita punyai di dunia ini hanyalah sebagai titipan, sebagai amanat yang harus dilakukan. Seharusnya harta, kedudukan dan jabatan dijadikan sebuah sarana untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelak. Seyogyanya agar menggunakan untuk berbuat amal kebaikan sebanyak-banyaknya.
Keempat, selalu istiqomah dalam beribadah dan mengabdi kepada Allah. Banyak sekali di antara kita sangat sulit mengerjakan hal itu. Bahkan dalam masalah ibadah masih naik turun, misalnya, kita menunaikan shalat Tahajud hanya sesekali, jarang bersedekah, atau tidak suka menolong orang lain. Jika kepada Allah swt saja tak konsisten, bagaimana kepada sesame manusia? Allah melihat gerak gerik kita sehari-hari.
Kelima, tidak riya’ (mencari perhatian manusia) . Melakukan amal sholeh bukan untuk mendapat pujian dari manusia. Apapun yang dilakukan, mesti dengan niat untuk beribadah kepada Allah swt. Jangan sesekali kita berharap akan dilihat banyak orang supaya dihormati atau dikagumi. Jika baik dalam penglihatan Allah, maka hati ini akan merasa tentram dan tenang.
Mari kita berkaca, bercermin jangan sampai cermin itu kotor oleh kepribadian kita yang buruk. Jadikan diri ini semakin baik, semakin bagus sebagai seorang mukmin. Atas begitu kita dapat menjadi hamba yang dicintai Allah swt. Dengan demikian, barulah kita bisa mengharap menjadi orang pilihan untuk mendapat kemuliaan pada malam Lailatl Qadar. Insya Allah.
Oleh :Muthiah Alhasany
Akan tetapi , tak semua orang yang i’tikaf akan bisa mendapatkan kemuliaan itu. Tak semua orang yang melakukan ibadah malam pada 10 hari terakhir akan mendapatkan keindahan Lailatul Qadar. Kenapa demikian? karena tak semua umat muslim pantas merasakan malam yang lebih mulia dari seribu bulan itu. Mereka yang diberi kemuliaan Lailatul Qadar ialah orang – orang pilihan, yang memang terangkat derajatnya oleh Allah swt.
bukanlah hal yang mudah untuk bisa mendapatkan kategori menjadi orang-orang pilihan. Setidaknya ada beberapa hal penting yang membuat kita pantas menjadi orang pilihan oleh Ar-Rahim. Marilah kita semua mengintrospeksi diri kita, apakah ada dari kita yang sudah memenuhi kriteria dan ketentuan yang bisa menjadikan kita sebagai calon orang yang terpilih.
Pertama-tama, apakah kita yakin dengan kebersihan diri kita? bersih lahir dan bersih batin? Memang jujur kita mengakui, bahwa kita adalahs seorang manusia yang sering berbuat dosa dan melakukan kesalahan. Yang bisa kita upayakan adalah harus meminimalkan dari berbuat kesalahan yang disengaja. Jika kita sadar melakukan dosa dan kesalahan, maka segeralah beristighfar dan meminta ampun kepada Allah swt. Selain itu, semua tubuh ini harus bersih juga dari suatu yang mengandung unsur haram, dari apapun dimakan dan diminum ataupun pakaian yang dipakai. Penting kiranya bagi kita untuk melakukan taubat nashuha, yaitu taubat yang sebenar-benarnya dengan janji tak akan mengulangi dosa dan kesalahanlagi. Oleh karena itu, bersihkanlah dosa-dosa yang telah dilakukan dengan mendirikan sholat taubat, lalu berdo’a meminta ampunan dan beristighfar.
Kedua, ikhlas dalam menerima kejadian yang Allah tentukan. Kita mesti ikhlas dengan apapun keadaan yang dialami, meskipun ada yang mengalami rasa sakit di hati. Karena tak ada sesuatupun yang terjadi tanpa izin Allah swt. Apabila kita tidak ikhlas dalam menerima, maka kita menentang taqdir Allah. Kita tidaklah memiliki kekuasaan, tetapi Allah swt yang Maha Berkehendak. Kita mesti menerima Qadha dan QadarNya. Oleh karena itu berhenti mengeluh atas segala kesulitan, walaupun itu pahit.
Ketiga, hal-hal yang bersifat keduniaan tidak diutamakan. Jika kita masih meributkan soal harta, kedudukan dan jabatan, maka kita masih menjadikan kepentingan dunia di atas kepentingan akhirat. Padahal kita mengerti hidup di dunia hanya sebentar saja. Semua apa yang kita punyai di dunia ini hanyalah sebagai titipan, sebagai amanat yang harus dilakukan. Seharusnya harta, kedudukan dan jabatan dijadikan sebuah sarana untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelak. Seyogyanya agar menggunakan untuk berbuat amal kebaikan sebanyak-banyaknya.
Keempat, selalu istiqomah dalam beribadah dan mengabdi kepada Allah. Banyak sekali di antara kita sangat sulit mengerjakan hal itu. Bahkan dalam masalah ibadah masih naik turun, misalnya, kita menunaikan shalat Tahajud hanya sesekali, jarang bersedekah, atau tidak suka menolong orang lain. Jika kepada Allah swt saja tak konsisten, bagaimana kepada sesame manusia? Allah melihat gerak gerik kita sehari-hari.
Kelima, tidak riya’ (mencari perhatian manusia) . Melakukan amal sholeh bukan untuk mendapat pujian dari manusia. Apapun yang dilakukan, mesti dengan niat untuk beribadah kepada Allah swt. Jangan sesekali kita berharap akan dilihat banyak orang supaya dihormati atau dikagumi. Jika baik dalam penglihatan Allah, maka hati ini akan merasa tentram dan tenang.
Mari kita berkaca, bercermin jangan sampai cermin itu kotor oleh kepribadian kita yang buruk. Jadikan diri ini semakin baik, semakin bagus sebagai seorang mukmin. Atas begitu kita dapat menjadi hamba yang dicintai Allah swt. Dengan demikian, barulah kita bisa mengharap menjadi orang pilihan untuk mendapat kemuliaan pada malam Lailatl Qadar. Insya Allah.
Oleh :Muthiah Alhasany
0 Response to "Kemuliaan Malam Lailatul Qadar, Pantaskah Kita Mendapatkannya?"
Post a Comment